Friday, December 21, 2012

20122012- Salju Pertama




             Ini sudah hampir 5 hari absen dari ritual mandi dan hari ini meskipun belum butuh mandi, rasanya harus. Ini dalam rangka menjaga ritual kemanusiaan. Saya takut kalau hak saya sebagai manusia akan dicabut. Karena mandi, saya berangkat terakhir. Ini sudah jam 10 kurang 15. Jam ke-3 mulai jam 10.30. Masih ada waktu. Turun menuju lantai dasar dan membuka pintu. Dan, oh ada salju tipis di jalan-jalan, di atas mobil, dan, pot yang berisi air sudah berubah menjadi es. Pagi ini angin berhembus dengan kencang kemudian kubuka payung dan uffhh payungnya langsung kebalik, useless akhirnya coba kututup tapi sangat sulit. Turn around and i did it! Angin makin kencang, suer aku pengen nggak peduli aja tapi angin ini ngebawa serpihan-serpihan es. You know what? I’am tropical girl and I don’t know anything about today. Uffhh. Lagi saya membuka payung dan kudekap gagangnya hingga tak berbalik lagi. Jalanan terlihat sepi. Tangan saya kedinginan, menjadi pecah-pecah dan berwarna putih. Kumasukkan satu ke dalam kantong, berharap ada perubahan. Payung berbalik lagi, tulang-tulangnya panic seakan mau melarikan diri. Pilihan terbaik adalah menutupnya untuk kedua kali, but I couldn’t do that. Why? Because my fingers, frozen. Failed. Again failed. Cerita tentang daun telinga putus kini menari di pikiran. Gimana kalo gara-gara payung ini jariku ada yang putus? Ahhh headline Koran bisa jadi. Kutiup jari-jemariku dan berdo’a, dan berhasil, kemudian kulanjutkan dengan berjalan cepat-cepat.
                Sesampainya di sekolah, segera kuraih teh panas. Kukulum jari jemariku untuk mendapatkan kalornya. Setelah 5 menit, aku merasa lebih baik. Aku masuk beberapa kelas dan di luar salju turun. Tidak seperti pagi tadi, ini begitu indah. Seperti butiran kapas yang jatuh mengikuti alunan musik, mencetak hamparan putih bersih. My first snow. Semuanya putih. My favorite colour. Someone give me chocolate bar. With a cup of light coffee, it’s just so nice.
I took some pictures. Beberapa butiran salju mendarat di bibir jendela dan bentuknya lebih halus dari bongkahan es serut.

Thursday, December 13, 2012

Extraordinary Day




Hari ini berbeda dengan hari-hari lainnya. Hari ini ada kegiatan yang namanya kurang jelas kutangkap, setiap anak membawa makanan dari rumahnya untuk dikumpulkan dan dimakan bersama teman-temannya. Acara ini dilakukan oleh anak-anak SD. Di sini hanya ada 4 tingkatan untuk SD yaitu dari kelas 1 hingga kelas 4 (SMP dan SMA juga 4 tahun). Beragam sekali makanan yang dibawa anak-anak mulai dari makanan berat seperti nasi dalam kulit terong (aku sebenernya nanyain namanya cuma nggak inget secara banyak sekali, dan banyak nanya sebenernya mengganggu acara makan, jadi kuputuskan untuk langsung coba), nasi-daging dalam bawang bombay, salad dalam yoghurt, biji2an kecil yang nampak seperti beras dalam tampilan nasi goreng yang dicampur seledri segar dan daun bawang, Daging cincang dibungkus nasi super padat(nggak kebayang cara masaknya gimana, tapi enak banget kayak baso daging), acar, terus cake coklat, kue isi keju, kacang-kacangan mulai dari kacang hazelnut, fistik, sampai kacang arab panggang, buah-buahan seperti tangerine,manisan apricot, apel juga ada.
Cok guzel..semuanya !!
Seseorang pernah berkata:” Ketika kita makan sesuatu yang belum pernah kita makan sebelumnya, bagian otak kita yang teraktifkan lebih banyak karena ia butuh tempat baru untuk menyimpan memori rasa makanan tersebut”
                Siangnya saat lagi memakai internet, 2 guru sedang baca al-qur’an rupanya. Ah jadi pingin baca. Jadi kubuka catatan yang di situ ada surat Al-lail dan al ghassiyah. Hari ini sore jum’at dan tiba-tiba ingin baca surat Yasin. Sekitar 1 jam kemudian, aku bertanya pada beberapa orang di ruangan, dan ternyata mereka tidak membawa Al-Qur’an. Ada sedikit perasaan kecewa. Hari ini hampir habis (45 menit menjelang maghrib). Seorang hocam memberikan buku karangan Fetullah Gulen berjudul The essential of Faith, kubaca dan kupahami, kuulang lagi beberapa kali (mungkin isinya akan saya bahas nanti jika punya kesempatan, insyaallah). 14 halaman sudah menguras otak. Ini buku yang bagus. Elif hocam datang membawa setumpuk buku. Ada buku tebal di atasnya dengan sampul cantik.
“Al-Qur’an mi?”
“evet”
“bakabilirmiyim?”
“buyrun”
                Allah ya..sampai Kau antar ke hadapan hamba. Terimakasih.
                Gulcan hocam, Zeynep hocam  dan Duygu hocam mulai bertanya-tanya tentang Indonesia dan keluargaku, dan aku pun diberi kesempatan untuk bertanya-tanya. Ini sangat menyenangkan.
Seusai sholat maghrib aku berencana pulang duluan karena Guru-guru yang serumah akan rapat hingga jam setengah 7 malam. aku ingin pulang duluan, karena sudah punya kunci. Hadije hocam mengijinkan. Aku minta didoakan agar mendapat perjalanan yang aman. Beliau mengiyakan.
                Dari gerbang sekolah Burc, harus berjalan ke depan hingga bertemu deretan took, menyeberang jalan dan melewati sederetan telefon umum (nggak terlalu yakin masih kepake atau nggak). Dingin sekali pemirsa. Mungkin ini 5 derajat. Aku berjalan dengan menutup hidung dan mulut. Lampu jalanan tidak begitu banyak, dan harus sering melihat kanan/kiri untuk mengetahui ada tidaknya mobil yang mendekat.  Sebuah plang “Tek Yon” terlihat, ini adalah sokak (jalan) yang sering dilewati orang-orang yang kayaknya mahasiswa/i. Ok jalan sudah benar.  Ada sokak baru di depannya ada plang PTT. Mulai nggak yakin. Kenapa yaa di sini nggak ada plan tulisan nama jalan, mana lampunya nggak banyak. Aku mengambil sokak lain yang ada di depan. Daaan jejejengg kok rasanya nggak kenal,, mungkin beda tampilan kalo malem,, tapi kok rasanya bukan jalan ini~~. Sampai ujung jalan akhirnya harus menabahkan hati bahwa saya harus putar balik. Dengan hati-hati mengingat. Oh iya ini saya kenal, terus ke sini.  Taradadada~~ kembali ke depang sokak sekolah Burc. Oh my~~ sinetron beeuddh yeaaa~~. Ok tenang,, start dari awal lagi, lewatin telefon, tekyon, dan PTT, ambil sokak PTT akhirnya memasuki rumah-rumah berhalaman. Ada tanaman mawar. Oh saya kenal sekali. Ada sekolah TK. Oh iya-iya ini benar jalannya. Lihat ke depan ada masjid. Oh syukurlah. Diujung jalan kembali bingung. Sebenernya aku jarang pulang jalan kaki, dan kalaupun jalan kaki, aku keasyikan ngobrol dan nggak liat jalan, dan entah kenapa jalan pulang terasa berbeda dari jalan pergi. Ngeles. Ambil sisi lurus melewati dinding-dinding tinggi dan inget kejadian tadi pagi hampir disapa oleh anjing. Semoga nggak ketemu anjing.  Melewati percabangan lagi, lurus lagi dan yess,, I kow this place~~ perempatan bahcelievler yang banyak bunganya. Dari sini segalanya teras mudah, kecuali hawa dingin yang makin memburu. Hidung, pipi, tangan, kaki, semuanya terasa dingin.
                I got the apartment, open the window and I am back!!
Aku langsung masuk dapur, nyalain api, angetin sup, ambil daun bawang, telur dan bikin dadar, aku belum melepas mantel tebalku. Panas tubuh harus segera dipulihkan. Makanan terasa enak. Aku mencuci beberapa wajan dan piring dengan air sangat dingin karena entah kenapa kerannya sulit diatur, dan baru kusadari jika kau merasa kedinginan tubuhmu akan memerah seperti memerahnya hidung saat pilek.
Hari yang luar biasa. Terimakasih Tuhan, dapat mencicipi perasaan ini.  

Monday, December 10, 2012

Hi hi hi


hal-hal Lucu sepekan ini:
>kalau jalan sama ablalar, suka di depan dan suka belok sesuka hati, ntar dibelakang abla manggil, manggil ngasih tau kalau salah ambil jalan.
>Ketuker terus penggunaan corab (kaus kaki) dengan corba(sup). mau makan corab misalnya. haha
>ditanya sama siswa: "Ogretmen mi, ogrenci mi? (Guru atau murid)"
Oh god, ini kan sekolahan SMP.  jadi inget waktu di jakarta.
"pak mau ambil paket kiriman"
"oh silahkan, sekalian isi buku daftarnya. SMP atau SMA"
"...e....calon guru, pak"
"oh" sambil menutup kembali buku

Sedingin Es


Hari ini dingin sekali disertai angin. Pagi hari ketika berbicara, keluar uap.  Katanya 6 derajat Celcius. Ini mirip-mirip dengan kondisi dulu waktu naik ke tangkuban perahu, sore hari/hujan/di atas gunung dan airnya es banget.
Tapi saya gembira, karena berhasil menyelesaikan puasa pertama di musim dingin. haha sahur jam 6, buka jam 5 sore. Terimakasih, hari ini sangat beruntung. Engkau Maha Baik.

Sunday, December 9, 2012

H+1

Obrolan berlanjut kepada pembahasan surat Yusuf. Saya mengira-ngira apa yang akan dibicarakan nantinya, kasus antara Nabi Yusuf a.s dengan istri sang penguasa, atau yang lainnya, namun Kubra abla rupanya hanya menimpali dan tidak menerjemahkan untuk kami. Setelah makan kami diminta untuk menyanyikan lagu khas Indonesia. Lalu tiba-tiba kami berdua terbatuk bersamaan dan Laili berujar " really sorry, we have cough" Kubra abla kemudian menerjemahkan. Bey tertawa, Hanim, dan yang lain juga tertawa, kata mereka ini seperti jawaban yang diberikan pelawak terkenal Turki kalau di suruh menyanyi. Oalahh ya sudah kami pun ikut tertawa. Selanjutnya mereka sangat tertarik dengan kami, mereka bertanya,"apakah kalian punya saudara?" 
"pekerjaan orang tua kalian apa?"
kami menjawab bergantian, lalu mereka bertanya "apa sesuatu yang paling terkenal dari Indonesia? misalnya makanan, atau sayur dan buahnya?"
Kami langsung teringat si Durian. "Durian çok güzel bir mehve.. çok meshur.. abla"
Mereka sangat tertarik dan mulai googling. Mereka belum pernah melihat sebelumnya. Kemudian mereka menyuruh kami menari, ya orang sana gemar menari. ehem ehem terus kami ngeles lagi. Akhirnya kami menyarankan mereka untuk membuka youtube, mencari Tari saman. woow internetnya sangat cepat, Saman kami nggak patah-patah. 

Jam 12 kami sholat dzuhur (öğle namazı) dan rasa kantuk yang hebat itu datang saat siang bolong (jetlag.com) ini adalah peristiwa khusus karena saya jarang ngantuk siang.

Saturday, December 8, 2012

Long journey


   
Hari Sabtu sore sekitar pukul 4 waktu Istanbul kami tiba di Bandara Internasional Ataturk. Di sambut cuaca dingin dan berangin selepas hujan. Kami berjumlah 21 orang. Ada 13 perempuan dan sisanya laki-laki. Kami dijemput oleh pak Cahit yang pernah tinggal di Indonesia.  Kami juga bertemu Imas, terlalu sebentar dan akhirnya harus berpisah. Setelah kami mendapatkan bagasi kami, pak Cahit membagi kami dalam kelompok-kelompok untuk tinggal di sekolah yang sama. Seorang abi mengantar kami bertiga (aji abi, laili, dan saya) menuju salah satu sekolah Burc koleji. Jalanan di luar hujan dan mulai gelap.
Di penghujung perjalanan, kami mengetahui bahwa hanya Laili dan saya yang akan tinggal di Burc koleji Esenler. Kami berpamitan. Seorang pejabat sekolah menerima kedatangan kami dan kami dititipkan pada Aysegul abla. Kami mendapat secangkir teh dan bolu setelah itu langsung bergegas ke mansion Aysegul abla. Aysegul abla tinggal bersama Kubra abla.  Mereka sangat baik hati. Misafir perverlik, ya salah satu keistimewaan orang Turki adalah mengagungkan tamu. Aysegul abla sangat ramah, dia berbicara banyak dengan kami walaupun ia tidak bisa berbahasa Inggris, Kubra abla sering menerjemahkan untuknya. Ya karena kekurangan kami dalam bahasa turki, most of our conversation using English. Malamnya kami makan Lahmajun, itu seperti kulit kebab dengan lapisan tipis daging cincang, oregano, saus cabe dan saus tomat, dimakan bersama selada hijau yang telah diberi air lemon dan taburan garam. Teman makan Lahmajun adalah ayran. Ayran adalah yoghurt tanpa rasa yang dicampur dengan air dan diberi garam, seperti susu dengan rasa asam dan asin. Kami tidur cukup larut. Dan yang mengejutkan, kami mimisan tanpa sadar. Tapi darahnya sudah beku di dalam dan yang terlihat adalah upil berdarah. So horror!
                Abla meminta kami untuk ikut sarapan bersama esok paginya di rumah librarian sekolah di daerah Zeytinburnu, jika kami bersedia tentunya. Kami menyanggupinya. Ah kami mengalami jetlag. Kami sangat ngantuk dari sore hari dan kami terbangun sekitar jam 3 pagi. Di Indonesia jam 8 pagi. Kami mengobrol menunggu subuh. Subuh baru tiba sekitar jam 6.15. Abla gagal membangunkan kami karena kami terbangun lebih awal. Kami sangat lapar. Kami makan biskuit. Abla tidur lagi dan baru bangun sekitar jam 9.30. kami tidak ngantuk. Kami hanya mengobrol. Kami menuju Zeytinburnu dengan taksi. Saya kurang suka dengan sistem satu jalur yang ada karena kami harus menempuh ujung jalan terlebih dahulu agar bisa menggunakan jalan sebelah kanan. Sangat membuang bahan bakar. Kemudi ada di sebelah kiri  seperti kebanyakan mobil Eropa lainnya. Ah di sini ada mobil buatan Jepang tapi tidak sebanyak di Indonesia, sebagian lainnya menggunakan mobil buatan Eropa.
                Bangunan di sekitar Esenler berupa apartemen dengan tinggi sekitar 7 lantai, padat, dan kadang membuat saya merasa di dalam kaleng dengan dinding tinggi. Taxi kami tersesat. Kami sudah dari tadi berada di daerah Zeytinburnu tapi belum sampai ke tempat tujuan. Sudah disinggung kan masalah kita harus ke ujung jalan terlebih dahulu untuk dapat sampai ke jalan sisi kanan. Kami turun dari Taxi. Dingin walaupun ini hari yang cerah. Kami menyeberang jalan. Semua orang melihat kami. Yang di dalam taxi, di dalam mobil pribadi, di dalam bus. Kami cukup terkejut.
Kami berjalan melewati taman dan lapangan sepak bola. Kami hampir sampai. Rumah Librarian tersebut ada di sebuah apartemen kecil. Di sana lampu lorong akan menyala otomatis jika seseorang membuka pintu dan akan mati secara otomatis setelah beberapa menit. Kami naik ke lantai 2 menggunakan lift. Haha liftnya sangat sempit.  Empat orang berdempet. Pintu terbuka, kami di sambut seorang hanim dan seorang Bey dan seorang anaknya yang berumur sekitar 30an. Anaknya yang lain berumur 35 dan belum menikah. Kami bertujuh sarapan bersama pada jam 11 pagi. Untung kami sudah diberi pisang duluan. Sarapannya tidak terlalu berat tapi kaya akan nutrisi. Buah zaitun segar dengan minyak zaitun, plain yoghurt , makana salata, lamahjun, terong, cabai dan tomat tumis, roti, salad tomat dan timun, telur, selai buah tin, madu lengkap dengan sarangnya.
Mereka bertanya “Türkçe biliyormusun?”
Kami menjawab: “biraz.çok az, abla”
Pembicaraan berlangsung dengan banyak sesi penerjemahan. Kubra abla tak pernah berhenti berperan.  Banyak tawa yang lahir. Ah sarapan bersama anggota keluarga lengkap memang best moment. Diterjemahkan oleh Kubra abla, Ahmet bey mulai berbicara tentang ramalan-ramalan Rasulullah, bahwa rasa susu pada akhir zaman akan berbeda dengan rasa susu pada waktu Rasulullah. Kemudian kami membicarakan bahwa di surga, kita akan dibangkitkan pada usia muda. Wanita sekitar 22 tahun menurut mereka dan laki-laki sekitar  33. Ah umur kami 22.