Friday, January 11, 2013

Maen salju


Setelah lelah bermain salju, kami balik lagi ke apartemen temen Aceh. Mereka masakin masakan Indo dan masakan Aceh buat kita. Seneng banget. Udah lama nggak ketemu nasi versi Indonesia, dadar kita, dan keumamah asli aceh. Liat nih before afternya, dalam beberapa menit saja, bersih-bersinar piring dan wajannya J ya ini momen kangen-kangenan masakan Indo.
Rasa makanannya tuh seenak kalau kita berbuka puasa, ditambah hawa dingin di luar, makanan panas ini punya nilai plus-plus. Ahh arkadasım,  size çok seviyorum J (teman2, aku cinta kalian).






Yedi ocak

                Tanggal 7 Januari adalah hari yang sangat berkesan. Untuk pertama kalinya sendiri naik Metro, kayaknya kalau di Amerika namanya subway, atau di tempat  lain namanya MRT. I’m not familiar with the snow, you know that. This is my second snow here in Istanbul. Jalanan sangat licin dan uff terpeleset! Jas aku kotor  L. Untungnya aku pergi ke stasiun bareng temen yang serumah. Aku bilang
“unuttum (saya lupa)!” (padahal sebenernya aku nggak tau karena belum pernah pergi ke stasiun Metro dari sekolah, cuma pernah dari rumah dan sekali doang), akhirnya temenku ini tidak tega membiarkanku sendirian mencari stasiun.
Kalo cuacanya cerah, it’s not a big problem, but it was hard snow! I even didn’t bring any umbrella. What’s in my head? BLANK seputih salju.

But not, I didn’t keep it. I didn’t keep any afraid feeling a little longer, I was just a bit sad but yahh I thought it would be such interesting journey J. She gave me her metro card, and then I went downstairs to get the Metro. Yah ini memang bukan pemandangan biasa. Seorang wanita asia yang terlihat seperti anak-anak, berkerudung dan habis terpeleset. Tidak ada tempat duduk tersisa, harus menggelantung sepanjang jalan. Stasiun aku berada di bagian hampir ujung dan stasiun yang dituju berada di ujung lainnya. Uwoow. Jam menunjukkan pukul 5 lebih 15 sore, udah magrib dan udah gelap.  Tibalah di stasiun pemberhentian paling akhir, Aksaray.
              Aku cuma perlu nyari Mall Historia, dan sebelahnya adalah tempat yang dituju, PASIAD office 2nd floor.  Aku bingung, ke lantai 2 masuknya dari mana?? Ini di bawahnya ada restoran. Jika saya masuk, para pelayan itu akan menganggap saya berencana makan di restoran mereka. Mau nanya mikir2 dulu karena orang sini jarang banget yang bisa English. Jadi keinget kejadian di minimarket waktu itu. Pelayannya bermaksud menawarkan bantuan karena saya terlihat mencari-cari sesuatu yang tidak ada.
Dia,” sdsdsldksldk………”
Aku bingung tapi aku tau mau jawab apa kalau ntar dia selesai ngomong.
Lanjutannya dia:”… sdsdsldksldk?”
Aku:” anlamadım” (bahasa Turki yang aku tau banget artinya, yaitu “saya tak mengerti”)
~~~~~
Dan masuklah saya ke restoran dengan pose mempraktekkan hukum inersia, saya masuk dan seolah-olah  saya ingin keluar pada saat yang sama, “umm affedersiniz, PASIAD nerede biliyor musun?”
“yukarıda ikinci kat” (di atas, lantai ke-2)
“Tamam, teşekkür ederim!” (ok, terimakasih banyak)
“Rica ederim”


Ditemukanlah tangga kecil di samping restoran untuk menuju ke atas. Berita heboh selanjutnya pemirsa,  saya salah mendatangi tempat. Saya harusnya pergi ke EM semacem kantor kepolisian yang mengurus perijinan orang asing. Itu letaknya beda satu stasiun dari sini. Uff yaaa~~
“Affedersiniz, EM biliyor musun?” (permisi, Anda tau EM nggak?)
“evet, Malezya mı?”(iya. Kamu orang Malaysia ya?)
“Indonesia” (asal kalian tau ya, orang sini bilangnya Endonezya, yah terserah mereka tapi  saya tetap memperkenalkan diri saya dari Indonesia )
“mm nasıl git?” (gimana pergi ke sana, haha lupa pake grammernya)
“bu metrobus, olur!” (pake bus ini bisa, setting di halte pemirsa)
“tamam, teşekkür ederim!
Bir şey değil” (bukan apa-apa)
The new challenge was, ini ongkosnya berapa? “lets have  a new conversation” batinku.
Disamping aku ada pemuda yang mukanya seumuran sama aku, tapi setelah dikonversikan, ini adalah anak SMA, yang ketika saya tanya ternyata tidak bisa English.
“EM’ya ne kadar?”
“ 1,5 Lira”
“uzak mı?”(jauh nggak?)
“Uzak değıl, yarım dakıka”(nggak jauh, Cuma setengah menit)
“Yirmi dakika?” (20 menit?)
“..otuz “(30)
“Ooh yarım!” (baru inget yarım itu artinya 1/2)
Sesampainya di tempat yang dituju, EM, harus melewati pemeriksaan yang ketat, seperti di bandara waktu mau ke luar negeri. Tunjukin paspor, pakai jaket lagi  dan secara tak sadar seperti melihat orang berwajah negara aku, udah kelewat papasannya, tapi reflek manggil “Erwin abi!” (padahal nggak yakin itu siapa)
Yang dimaksud nengok dan cuma bilang, “ ke lantai paling atas”.
Di lantai atas itu nggak ada apa-apa, turun lagi ke lantai 2, minjem HP istrinya orang Amrik, text this:
“Erwin abi, ini Fatimah. Now i’m in 2nd floor. Dunno wat to do”
Dari lorong sebelah sana langsung muncul orang, “ Kamu yang telat ya? “
Haha yang tadi bukan Erwin Abi.
Dan bertemulah aku dengan sekelompok sarjana yang sempat diwisuda (temen2 aku), pelukan, saling melepas rindu. Di negeri orang, ini tuh sesuatu banget. Kami lanjut makan. Mereka makan pilav doner alias nasi pake daging panggang. Gue? Cuma bisa patates çorbası alias sup kentang. Harus terus bersyukur.  Malemnya nginep di apartemen kawan yang dari jakarta. Paginya nyamperin apartemen temen yang dari aceh sambil bawa belanjaan. Lanjut maen salju sampai kedinginan dan kelaparan. Sangat menyenangkan. ben çok mutluyum

Oily-milky

                Minggu terakhir hingga minggu pertama tahun baru terasa berat karena bermasalah dengan makanan yang serba oily dan milky. Hari-hari ditemani dengan kentang rebus + telur rebus/panggang jauh-jauh pokoknya sama si kembar oily-milky. Alhamdulillah setelah minggu kentang berlalu, masuklah ke minggu bubur. Cuma mau bilang pake ekspresi ini “Elo nggak akan percaya gimana senengnya gue nemu beras terus bisa  masak bubur. Selama 22 tahun ini beras adalah bahan makanan yang selalu menghiasi hari-hari gue. And it does work! You know it can be a medicine”.
 Seperti yang dikatakan Jang Geum sesuatu bisa menjadi obat atau malah racun bergantung pada kondisi pasien. Racunku dalam waktu ini: daging sapi, oily-milky products. Dan obatku saat ini: beras, kentang, pisang. Garis ini sangat jelas tergambar dipertegas oleh dimuntahkannya obat yang aku bawa dari Indo. Obat bro, dimuntahin! Maka gentarlah aku pada mereka.
                Praying, is the best medicine. I know there’s so much medicine out of there. But it doesn’t mean you will get health directly after you take them in. Health is a give from the god. You just need to realize, then ask for it. It doesn’t matter you don’t have a money or medicine He will sent it to you. Jika tidak, maka akan kejadian yang  lebih baik, kuncinya sabar.  Maka alangkah bijak untuk memanjatkan do’a,” Ya Allah yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hamba pada agama ini”.
Puji syukur sebanyak-banyaknya kepada Tuhan semesta Alam, Allah SWT.