Saturday, February 11, 2012

Sehari itu kira-kira 24 jam

Dua puluh empat jam dalam sehari adalah kurang, kata si sibuk. Sementara kata yang nganggur, itu terlalu lama. Suka atau tidak, tidak akan mengubahnya.

Dari 24 jam yang kita lalui, mungkin hanya beberapa jam saja yang memiliki makna mendalam, selebihnya hal-hal yang tak berbeda dari kemarin.

Hari sudah sore, dan hujan, saya sudah punya janji dengan murid saya, jika orientasi hanya sekedar gaji, rasanya lebih menyenangkan duduk di tempat yang hangat, sambil membaca berita, buku atau mengerjakan tugas. Tapi saya yakin ada hal-hal baru yang akan saya temui jika saya berani keluar dari kondisi nyaman ini. menerobos hujan dan menjemput ilmu.

bukankah ilmu itu memang harus dijemput? dan tentu Tuhan akan membalas sesuai dengan usaha kita. Alasan apa yang membuat kita tidak tergoda pada hadits yang menceritakan bahwa mempelajari dua bab ilmu adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya di mata Allah SWT.

Di angkot saya bertemu dengan kenalan lama, dan bertegur sapa, silaturahmi terjadi. Mengobrol dengan penumpang yang lain dan memberikan informasi yang mereka butuhkan, membuat saya merasa senang. Bertemu dengan penumpang lain, melihat gaya fashion mereka, mendengar apa yang mereka bicarakan menambah pengetahuan bagi saya.

Tiba di rumah murid (panggil saja Putri), saya harus ke kamar mandi dulu karena ada tragedi banjir lumpur di tas saya yang disebabkan oleh Jus Alpuket. My books, kuyup ujung-ujungnya, jaket jadi kotor. Dari kejadian ini saya jadi tahu kalo setelah kering, bekas tumpahannya gak bikin bau; dan saya jadi tahu kalo Putri orangnya cukup sabar.

Soal-soal meluncur untuk dikerjakan, dengan membantu dia belajar, melatih dan menambah keilmuan saya. dari yang saya amati, untuk soal hitungan, ia tidak lepas dari membuat otretan dan kadangkala kalkulator. Untuk hitungan yang cukup mudah, saya berusaha memegang tangannya agar mencoba membayangkan di kepala dan tidak menggunakan otretan. Karena tidak terbiasa, perkalian sederhana saja membuat dia panik. Untuk berikutnya dia sudah mulai membiasakan.

Mbak yang suka bantu di rumah murid saya berpamitan hendak pulang ke Jawa, Putri menangis menitikkan air mata, mungkin ini hari terakhir kebersamaan mereka setelah 7 tahun begitu akrab menyayangi dan menghormati, saya hanya mengamati. Mbaknya bilang :”Ade’nya jangan nangis, udah nggak usah nangis”

Putri berlinang air mata tanpa sepatah kata-pun. Dan saya menyadari betapa dekat hubungan mereka. Seingat saya orang tua putri jarang terlihat di rumah karena sibuk bekerja hingga petang, tentu lebih sering dengan mbaknya. Si mbak hampir turun air matanya, tapi ditahan, sedapat mungkin ingin perpisahan tersebut menjadi ringan. Mbak pergi dianter supir keluarga tersebut. Putri masih berlinang air mata. saya menunggu. Teringat pisang bakar keju yang di buat si mbak, rasa enaknya masih di ingatan.

“Ayo teh kita lanjut lagi” aku kagum dengan kemampuan anak ini me-manage perasaannya. EQ-nya pasti bagus.

“Oke, coba yg tadi sudah dibahas, ditulis ulang biar tambah mantep”

Pulang ngajar sekitar jam 6 sore. langit masih biru, awannya berwarna jingga karena terkena semburat senja. It’s beautiful !

Selalu ada hal baru yang bisa dipetik jika kita tidak meremehkan/melarikan diri dari suatu hal.

Allah sesuai prasangka hamba-Nya.

Dua puluh empat jam dalam sehari adalah kurang, kata si sibuk. Sementara kata yang nganggur, itu terlalu lama. Suka atau tidak, tidak akan mengubahnya.

Dari 24 jam yang kita lalui, mungkin hanya beberapa jam saja yang memiliki makna mendalam, selebihnya hal-hal yang tak berbeda dari kemarin. 

Hari sudah sore, dan hujan, saya sudah punya janji dengan murid saya, jika orientasi hanya sekedar gaji, rasanya lebih menyenangkan duduk di tempat yang hangat, sambil membaca berita, buku atau mengerjakan tugas. Tapi saya yakin ada hal-hal baru yang akan saya temui jika saya berani keluar dari kondisi nyaman ini. menerobos hujan dan menjemput ilmu.

bukankah ilmu itu memang harus dijemput? dan tentu Tuhan akan membalas sesuai dengan usaha kita. Alasan apa yang membuat kita tidak tergoda pada hadits yang menceritakan bahwa mempelajari dua bab ilmu adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya di mata Allah SWT.

Di angkot saya bertemu dengan kenalan lama, dan bertegur sapa, silaturahmi terjadi. Mengobrol dengan penumpang yang lain dan memberikan informasi yang mereka butuhkan, membuat saya merasa senang. Bertemu dengan penumpang lain, melihat gaya fashion mereka, mendengar apa yang mereka bicarakan menambah pengetahuan bagi saya. 

Tiba di rumah murid (panggil saja Putri), saya harus ke kamar mandi dulu karena ada tragedi banjir lumpur di tas saya yang disebabkan oleh Jus Alpuket. My books, kuyup ujung-ujungnya, jaket jadi kotor. Dari kejadian ini saya jadi tahu kalo setelah kering, bekas tumpahannya gak bikin bau; dan saya jadi tahu kalo Putri orangnya cukup sabar.

Soal-soal meluncur untuk dikerjakan, dengan membantu dia belajar, melatih dan menambah keilmuan saya. dari yang saya amati, untuk soal hitungan, ia tidak lepas dari membuat otretan dan kadangkala kalkulator. Untuk hitungan yang cukup mudah, saya berusaha memegang tangannya agar mencoba membayangkan di kepala dan tidak menggunakan otretan. Karena tidak terbiasa, perkalian sederhana saja membuat dia panik. Untuk berikutnya dia sudah mulai membiasakan.

Mbak yang suka bantu di rumah murid saya berpamitan hendak pulang ke Jawa, Putri menangis menitikkan air mata, mungkin ini hari terakhir kebersamaan mereka setelah 7 bulan begitu akrab menyayangi dan menghormati, saya hanya mengamati. Mbaknya bilang :”Ade’nya jangan nangis, udah nggak usah nangis”

Putri berlinang air mata tanpa sepatah kata-pun. Dan saya menyadari betapa dekat hubungan mereka. Seingat saya orang tua putri jarang di rumah jarang terlihat di rumah karena sibuk bekerja hingga petang, tentu lebih sering dengan mbaknya. Si mbak hampir turun air matanya, tapi ditahan, sedapat mungkin ingin perpisahan tersebut menjadi ringan. Mbak pergi dianter supir keluarga tersebut. Putri masih berlinang air mata. saya menunggu. Teringat pisang bakar keju yang di buat si mbak, rasa enaknya masih di ingatan.

“Ayo the kita lanjut lagi” aku kagum dengan kemampuan anak ini me-manage perasaannya. EQ-nya pasti bagus.

“Oke, coba yg tadi sudah dibahas, ditulis ulang biar tambah mantep”

Pulang ngajar sekitar jam 6 sore. langit masih biru, awannya berwarna jingga karena terkena semburat senja. It’s beautiful !

Selalu ada hal baru yang bisa dipetik jika kita tidak meremehkan/melarikan diri dari  suatu hal.

Allah sesuai prasangka hamba-Nya.

Sunday, February 5, 2012

day by day more love for you


Ya nabi salam alaikaa
ya Rasul salam alaika
ya habib salaam alaikaa
solawatullah alaikaa..

Semoga kesejahteraan atasmu, Baginda Rasulullah SAW
Keluarga, sahabat, ulama, Guru, mu'minin dan mu'minat sepanjang
sepanjang masa


Thursday, February 2, 2012

Tearful day



Ada yang bilang: "Air mata akan membuatmu lebih kuat"
yg lain "kalau memang demikian, seharusnya sekarang kau sudah jadi superman!"

baru 5 langkah ku jejakkan, tak lagi dapat di bendung, air mata tumpah menyeruak jatuh terjun bebas bagai bulir jagung.

nanar pandangan ke depan, berusaha sembunyikan dari kawanan yang berjalan,
menunduk,
tak bisa sembunyikan
hanya karena debitnya terlalu besar

hapus,
tak malu kau sama Tuhan?
mana rasa syukurmu?

kuhapus
tenangkan diri
tak lepas dari pandangan mereka
biarkan
tak jadi soal

Tenangkan hati dan duduk tersenyum
hanya saja tumpah kembali ketika Handphone berdering

ini nyata

Tuhan, ini kah takdir itu?
kuhimpun tenaga

harus menjadi kuat
teringat kalimat "terus dan terus berbuat terbaik hingga Tuhan berkata 'waktunya pulang!'"

ku berjalaan dan terduduk
di tempat paling ramai
tapi tak satupun merasakan kehadiranku

bandel, dia keluar lagi
tapi kubiarkan hingga hampir terisak
tak ada yang tau, kecuali Engkau denganku
kuseka

lalu terdengar "duduk dulu, teh"
seorang Bapak tua yg kurus dan berpeluh tersenyum
kuturuti ia,
aku sudah tak sembab

obrolan kecil tercipta,
perkara sedih terungkap dari cerita beliau

mereka berlarian melewati kelenjar
dan mengintip-intip situasi di luar 'ah ada pak tua'
ku tahan mereka untuk tidak menyeruak

aku tidak secengeng ini,
hanya saja beberapa saat ini sedang emosional
aku tersenyum dan mengiyakan

ingin kuucapkan sesuatu
tapi mungkin mereka akan jatuh duluan

hingga berpamitan,
tak ada kata berarti yang dapat beliau dengar

banyak hal yang ingin disampaikan,
i was just too emotional
i failed too calming down my self

teringat kembali "Saya tidak mau di Indonesia, tidak ada pekerjaan untuk saya! "//
"plis deh masih sangat banyak kali yang bisa dilakukan di sini. kita butuh banyak orang untuk membangun! mereka lebih diperluin di sini"

yah kalo bisa pengen ku seret kerah kemeja mereka, dan jika mereka belum melihat
"Nih lihat betapa banyak yang bisa kalian lakukan pada mereka!"
kesal pada mereka yang bahkan tidak kukenal

lalu terlintas bayanganmu,
ku bilang "banyak yang harus kujalankan sekarang"