Hari Sabtu sore sekitar pukul 4 waktu Istanbul kami tiba di Bandara Internasional Ataturk. Di sambut cuaca dingin dan berangin selepas hujan. Kami berjumlah 21 orang. Ada 13 perempuan dan sisanya laki-laki. Kami dijemput oleh pak Cahit yang pernah tinggal di Indonesia. Kami juga bertemu Imas, terlalu sebentar dan akhirnya harus berpisah. Setelah kami mendapatkan bagasi kami, pak Cahit membagi kami dalam kelompok-kelompok untuk tinggal di sekolah yang sama. Seorang abi mengantar kami bertiga (aji abi, laili, dan saya) menuju salah satu sekolah Burc koleji. Jalanan di luar hujan dan mulai gelap.
Di penghujung perjalanan, kami mengetahui
bahwa hanya Laili dan saya yang akan tinggal di Burc koleji Esenler. Kami
berpamitan. Seorang pejabat sekolah menerima kedatangan kami dan kami
dititipkan pada Aysegul abla. Kami mendapat secangkir teh dan bolu setelah itu
langsung bergegas ke mansion Aysegul abla. Aysegul abla tinggal bersama Kubra
abla. Mereka sangat baik hati. Misafir
perverlik, ya salah satu keistimewaan orang Turki adalah mengagungkan tamu.
Aysegul abla sangat ramah, dia berbicara banyak dengan kami walaupun ia tidak
bisa berbahasa Inggris, Kubra abla sering menerjemahkan untuknya. Ya
karena kekurangan kami dalam bahasa turki, most of our conversation using English.
Malamnya kami makan Lahmajun, itu seperti kulit kebab dengan lapisan tipis
daging cincang, oregano, saus cabe dan saus tomat, dimakan bersama selada hijau
yang telah diberi air lemon dan taburan garam. Teman makan Lahmajun adalah
ayran. Ayran adalah yoghurt tanpa rasa yang dicampur dengan air dan diberi
garam, seperti susu dengan rasa asam dan asin. Kami tidur cukup larut. Dan yang
mengejutkan, kami mimisan tanpa sadar. Tapi darahnya sudah beku di dalam dan
yang terlihat adalah upil berdarah. So horror!
Abla meminta kami untuk ikut
sarapan bersama esok paginya di rumah librarian sekolah di daerah Zeytinburnu,
jika kami bersedia tentunya. Kami menyanggupinya. Ah kami mengalami jetlag. Kami sangat ngantuk dari sore hari dan
kami terbangun sekitar jam 3 pagi. Di Indonesia jam 8 pagi. Kami mengobrol
menunggu subuh. Subuh baru tiba sekitar jam 6.15. Abla gagal membangunkan kami
karena kami terbangun lebih awal. Kami sangat lapar. Kami makan biskuit. Abla
tidur lagi dan baru bangun sekitar jam 9.30. kami tidak ngantuk. Kami hanya
mengobrol. Kami menuju Zeytinburnu dengan taksi. Saya kurang suka dengan sistem
satu jalur yang ada karena kami harus menempuh ujung jalan terlebih dahulu agar
bisa menggunakan jalan sebelah kanan. Sangat membuang bahan bakar. Kemudi ada
di sebelah kiri seperti kebanyakan mobil
Eropa lainnya. Ah di sini ada mobil buatan Jepang tapi tidak sebanyak di
Indonesia, sebagian lainnya menggunakan mobil buatan Eropa.
Bangunan
di sekitar Esenler berupa apartemen dengan tinggi sekitar 7 lantai, padat, dan
kadang membuat saya merasa di dalam kaleng dengan dinding tinggi. Taxi kami
tersesat. Kami sudah dari tadi berada di daerah Zeytinburnu tapi belum sampai
ke tempat tujuan. Sudah disinggung kan masalah kita harus ke ujung jalan
terlebih dahulu untuk dapat sampai ke jalan sisi kanan. Kami turun dari
Taxi. Dingin walaupun ini hari yang cerah. Kami menyeberang jalan. Semua orang
melihat kami. Yang di dalam taxi, di dalam mobil pribadi, di dalam bus. Kami cukup terkejut.
Kami berjalan melewati taman dan lapangan
sepak bola. Kami hampir sampai. Rumah Librarian tersebut ada di sebuah
apartemen kecil. Di sana lampu lorong akan menyala otomatis jika seseorang
membuka pintu dan akan mati secara otomatis setelah beberapa menit. Kami naik
ke lantai 2 menggunakan lift. Haha liftnya sangat sempit. Empat orang berdempet. Pintu terbuka, kami di
sambut seorang hanim dan seorang Bey dan seorang anaknya yang berumur sekitar
30an. Anaknya yang lain berumur 35 dan belum menikah. Kami bertujuh sarapan
bersama pada jam 11 pagi. Untung kami sudah diberi pisang duluan. Sarapannya tidak
terlalu berat tapi kaya akan nutrisi. Buah zaitun segar dengan minyak zaitun,
plain yoghurt , makana salata, lamahjun, terong, cabai dan tomat tumis, roti,
salad tomat dan timun, telur, selai buah tin, madu lengkap dengan sarangnya.
Mereka
bertanya “Türkçe biliyormusun?”
Kami menjawab: “biraz.çok az, abla”
Pembicaraan berlangsung dengan banyak sesi
penerjemahan. Kubra abla tak pernah berhenti berperan. Banyak tawa yang lahir. Ah sarapan bersama
anggota keluarga lengkap memang best moment. Diterjemahkan oleh Kubra abla,
Ahmet bey mulai berbicara tentang ramalan-ramalan Rasulullah, bahwa rasa susu
pada akhir zaman akan berbeda dengan rasa susu pada waktu Rasulullah. Kemudian
kami membicarakan bahwa di surga, kita akan dibangkitkan pada usia muda. Wanita
sekitar 22 tahun menurut mereka dan laki-laki sekitar 33. Ah umur kami 22.
No comments:
Post a Comment